MEMORI
Mata pisau yang terus membelah detak jantungku
Mata pisau yang terus membelah detak jantungku
Tiarap dalam perjalanan yg seharusnya membusung dada.
Persikuan tangan teramat perih di gigit cadasnya padas.
Debu debu yang menjamu kita membelenggu dahaga hanya untuk setitik nafas.
Sampai kapan menari nari memori lampau itu?
bukankah hanya pertontonan dalam hayal menjemput pilu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar